JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan
peneliti Universitas Ohio dan Universitas Colombia Amerika mengkaji
lapisan es abadi di Puncak Jaya, Papua, Indonesia. Kajian terhadap inti
es yang diambil dari Puncak Jaya tersebut bertujuan untuk mengetahui
sejarah perubahan iklim di Indonesia dan sekitarnya.
"Ekspedisi
Puncak Jaya untuk mengambil sampel, untuk melihat perubahan cuaca yang
terjadi dan bagaimana perubahan iklim ke depannya," ujar Kepala BMKG Sri
Woro Harijono dalam acara peresmian kerja sama di BMKG, Jakarta, Selasa
(18/5/2010).
Selain itu, kajian es abadi Puncak Jaya juga
diharapkan mampu menunjukkan keadaan flora dan fauna di masa lalu. "Juga
kejadian alam seperti letusan gunung, kebakaran hutan, yang diungkap
dari debu yang terperangkap di es," lanjut Sri.
Penelitian
terhadap es abadi ini, menurut Sri, dapat berjalan selama dua tahun yang
dimulai dengan ekspedisi ke Puncak Jaya selama sekitar empat hari.
"Hasilnya akan diperbandingkan dengan hasil penelitian lain, seperti di
Kilimanjaro," ujar Sri.
Sejumlah informasi terkait variabilitas
dan perubahan iklim di Indonesia dapat terungkap dari data es abadi.
Informasi tersebut diperoleh melalui analisis isotop unsur-unsur yang
terkandung dalam es seperti hidrogen dan oksigen.